Wednesday, March 26, 2008
Tips and Traps When Buying a Franchise
As prospective franchise purchasers, my wife and I highly recommend this book. It is well balanced, presenting the path from initial consideration, analyzing the data including the daunting UFOC, and a list of resources that are helpful. It is not biased towards the viewpoints of franchisers, which is one of the downfalls of the Dave Thomas book which is otherwise a good companion to this text.
It is simultaneously a good and quick read, but is also full of information. I hope that anyone interested in the franchise route will read this and learn from it.
Thursday, March 13, 2008
Wulan Guritno
Makin Mantap di Bisnis Resto Jepang
Kiprah Wulan Guritno di jagad selebritis tanah air sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Berangkat dari dunia model pemilik nama lengkap Wulan Lorraine Guritno ini terkenal sebagai sosok yang sangat professional, dalam arti setiap peran selalu dijalankan dengan totalitas. Makanya ibu dari Shalom Syach Razadee ini karir keartisannya terus meroket. Beragam judul sinetron dan film layar lebar pernah dibintanginya, sebut saja sinetron Pondok Indah, Misteri Gunung Berapi, film layar lebar Gie, Kejar Jakarta, Naga Bonar 2, dan Suster Ngesot.
Terakhir aktris cantik kelahiran London, Inggris, 14 April 1980 ini membintangi film “Otomatis Romantis”. Di film garapan sutradara Guntur Soeharjanto itu, Wulan Guritno berperan sebagai Nabile, istri dari Dave yang diperankan komedian Tukul Arwana.
Meski seni peran seakan sudah mendarah daging, namun ternyata darah bisnis juga mengalir dalam diri seorang Wulan Guritno. Wanita blasteran Jawa–Inggris ini ternyata memiliki bisnis restoran Jepang yang diberi nama Takigawa Resto. Tidak tanggung-tanggung dua outlet kini sudah dimilikinya. Satu di Cilandak Town Square lt. 1 dan satu lagi di Senayan City lt.5.
“Yang di Citos itu sudah dua tahun berdiri dan yang di Senayan City baru 1 tahun. Dan kebetulan bulan ini hari ulang tahun Takigawa, jadi 2 tahun yang lalu Takigawa berdiri dan satu tahun kemudian karena menguntungkan kita buka satu lagi di Senayan City,” ujar Wulan kepada Majalah Info Franchise.
Wulan menerangkan, di Takigawa dia adalah merupakan franchisee. Selain dia ada dua teman selebritis yang menjadi partner-nya yakni Krisdayanti dan Ami Gumelar-Hidayat.
Sebagai informasi, meski nama berbau Jepang Takigawa yang mengandung air terjun itu adalah brand franchise lokal dari PT Chala Boga Indonesia. Konsep Takigawa sangat modern dan bernuansa Fusion Cuisine. Menu-menu yang ditawarkan bukan hanya makanan tradisional seperti kamameshi (nasi bakar Jepang), tapi juga fusion food seperti takigawa roll, dino lovers, dan hot & sexy. Tidak ketinggalan juga ada Ramen dan kushiyaki (sate khas Jepang) yang tersedia dalam berbagai jenis.
Tampaknya bisnis franchise resto Jepang semakin mantap saja dijalankan Wulan. Pasalnya resto Jepang sedang digemari masyarakat Indonesia meski restoran sejenis tidak terhitung jumlahnya di Jakarta ini. “Restoran Jepang itu menurut research dan analisa kita selama ini di Indonesia terutama Jakarta lifestyle itu sangat dominan,” kata Wulan menjelaskan alasannya mengapa sangat mantap di bisnis masakan ala negeri matahari terbit itu.
Meski dalam waktu dekat belum memiliki rencana soal pengembangan outlet. Wulan optimis kedua outlet Takigawa yang dijalankan bareng Krisdayanti dan Amy Gumelar akan berkembang. Indikasinya sudah terlihat, resto di Citos selama tiga kali berturut-turut dinobatkan sebagai “Best Restaurant Tenant” oleh manajemen Citos. Kemudian outlet Takigawa Senayan City yang menganut konsep “inovator skywalk view” meski baru setahun berdiri namun telah menjadi salah satu resto favorit di Jakarta. Ok deh..sukses terus ya mbak Wulan.
Tuesday, March 4, 2008
Sejarah Franchise Di Indonesia
Franchise Indonesia dimulai dengan masuknya brand-brand franchise Asing seperti KFC, McDonalds, Burger King dan Wendys. Dari sanalah kemudian proses benchmarking terjadi. Franchise-franchise lokal timbul dan tumbuh hingga kini mengalami kejayaan.
Pesatnya pertumbuhan franchise di Indonesia kini ternyata mempunyai sejarah yang cukup panjang dan berliku. Dalam tulisan ini saya mencoba untuk mengangkat sebuah proses bagaimana franchise Indonesia dikembangkan dan juga bagaimana Asosiasi di Indonesia terbentuk.
Berawal dari sebuah pemikiran bahwa sistem franchise terbukti sukses memacu perekonomian di banyak negara Maju seperti Amerika dan beberapa negara maju lainnya. Tidak hanya itu franchise juga mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi cukup banyak tenaga kerja.
Sejarah franchise di Indonesia berawal dari upaya pemerintah dalam hal ini Departemen Perdagangan RI. yang melihat sistem waralaba atau franchise sebagai suatu cara, usaha untuk menggiatkan perekonomian dan menciptakan lapangan pekerjaan. Maka dimulailah sebuah usaha untuk mendata usaha franchise yang ada di Indonesia dengan menggandeng International Labour Organization (ILO).
Untuk proses di lapangannya sendiri berupa pelaksanaan pengumpulan dan pengelolaan data-data dilaksanakan oleh LPPM (Lembaga Pengembangan dan Pendidikan Managemen dengan melakukan "Baseline Study."
Sementara dari ILO sendiri mendatangkan seorang pakar franchise dari Amerika Mr. Martin Mendelsohn, untuk mempelajari, menganalisa situasi dan kondisi untuk merekomendasikan jalan/cara yang akan ditempuh. "Saya pertama kali datang ke Indonesia sekitar tahun 1999 atas permintaan dari ILO untuk memberikan saran kepada pemerintah tentang bagaimana mendorong pertumbuhan franchising dan membantu membentuk sebuah asosiasi franchise," ujar orang yang sudah dua kali berkunjung ke Indonesia ini.
Sejak awal kunjungan kedatangan Martin begitu ia disapa, telah dilibatkan usaha-usaha swasta lokal dalam pertemuan-pertemuan koordinasi maupun dalam diskusi-diskusi bilateral untuk selalu melibatkan pihak swasta dalam mengembangkan usaha waralaba di Indonesia.
Asosiasi Franchise Indonesia (AFI)
Dari hasil pergumulan itu, antara Departemen Perdagangan, ILO dan Mr. Martin maka dipandang perlu untuk melahirkan sebuah "center." Ketika itu dibentuklah Franchise Resource Center.
Franchise Resource Center (FRC) yang dibentuk ini bertugas untuk mewadahi franchise yang sudah ada dan membidani usaha-usaha untuk menjadi franchise. Hingga mensosialisasikan sistem dan mendorong pertumbuhan franchise di Indonesia.
FRC sendiri merupakan badan semi pemerintah dibawah naungan Deperdag dengan Sekretaris Jenderal Deperdag membentuk steering committee yang terdiri dari toko-toko franchise, bisnis dan pemerintah antara lain dari:
*Departemen Penerangan
*Departemen Tenaga Kerja
*Departemen Pariwisata
*Kementerian Koperasi dan UKM
Dan steering comittee yang merupakan board of director membawahi FRC yang dimaksud untuk membantu dan mendirikan perpustakaan dan dokumentasi.
*Mempromosikan pola franchise dan memasyarakatkan
*Mengadakan pelatihan dan konsultasi
*Memfasilitasi pendanaan usaha
Ditingkat propinsi atau daerah dibentuk pusat-pusat pilot yang merupakan duplikasi FRC dan semua unsur-unsur yang terkait diikutsertakan seperti:
*Lembaga pendidikan
*Institut pelatihan
*Konsultan-konsultan swasta
*Asosiasi franchise
*Asosiasi-asosiasi industri dan
*Perbankan
Dilandasi semangat kebersamaan dan kesadaran untuk meningkatkan kemampuan dan potensi waralaba di Indonesia dan agar dapat menjadi mitra pemerintah maupun sektor swasta lain, maka sejumlah waralba atau cikal bakal usaha waralaba; PT Trim Mustika CItra, Es Teler 77, Widyaloka, Nilasari dan Homes 21 pada tanggal 22 November 1991 bersepakat mendirikan satu-satunya wadah organisasi perusahaan di Indonesia, yaitu Asosiasi Franchise Indonesia (AFI)
Asosiasi Franchise Indonesia yang pendiriannya dibidani oleh FRC dan 5 perusahaan franhcise ketika itu, tujuannya adalah untuk:
*Menjadi wadah dari para pengusaha franchise maupun peminat.
*Melakukan kegiatan program public relation memperkenalkan AFI dengan pola franchisenya.
*Menjadi sumber informasi dan data-data mengenai franchise sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan peminat.
*Menjadi mitra bagi pemerintah dalam pembinaan usaha franchise.
*Mengadakan kegiatan pembinaan, pelatihan dan konsultasi.
*Mengadakan diskusi, seminar, workshop dan eksebisi mengenai franchise sehingga lebih dikenal masyarakat.
Untuk seluruh kegiatan ini memang diperlukan organisasi dan pendanaan yang diharapkan dapat ditangani dalam 3 tahun pertama oleh pemerintah dalam hal ini, Deperdag dan kemudian setelah bisa mandiri dilepas menjadi asosiasi yang kokoh. Memang masih banyak hal-hal lain yang perlu diantisipasi dan dikerjakan disamping yang telah disebutkan diatas. (Sumber lapiran AFI)
Pesatnya pertumbuhan franchise di Indonesia kini ternyata mempunyai sejarah yang cukup panjang dan berliku. Dalam tulisan ini saya mencoba untuk mengangkat sebuah proses bagaimana franchise Indonesia dikembangkan dan juga bagaimana Asosiasi di Indonesia terbentuk.
Berawal dari sebuah pemikiran bahwa sistem franchise terbukti sukses memacu perekonomian di banyak negara Maju seperti Amerika dan beberapa negara maju lainnya. Tidak hanya itu franchise juga mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi cukup banyak tenaga kerja.
Sejarah franchise di Indonesia berawal dari upaya pemerintah dalam hal ini Departemen Perdagangan RI. yang melihat sistem waralaba atau franchise sebagai suatu cara, usaha untuk menggiatkan perekonomian dan menciptakan lapangan pekerjaan. Maka dimulailah sebuah usaha untuk mendata usaha franchise yang ada di Indonesia dengan menggandeng International Labour Organization (ILO).
Untuk proses di lapangannya sendiri berupa pelaksanaan pengumpulan dan pengelolaan data-data dilaksanakan oleh LPPM (Lembaga Pengembangan dan Pendidikan Managemen dengan melakukan "Baseline Study."
Sementara dari ILO sendiri mendatangkan seorang pakar franchise dari Amerika Mr. Martin Mendelsohn, untuk mempelajari, menganalisa situasi dan kondisi untuk merekomendasikan jalan/cara yang akan ditempuh. "Saya pertama kali datang ke Indonesia sekitar tahun 1999 atas permintaan dari ILO untuk memberikan saran kepada pemerintah tentang bagaimana mendorong pertumbuhan franchising dan membantu membentuk sebuah asosiasi franchise," ujar orang yang sudah dua kali berkunjung ke Indonesia ini.
Sejak awal kunjungan kedatangan Martin begitu ia disapa, telah dilibatkan usaha-usaha swasta lokal dalam pertemuan-pertemuan koordinasi maupun dalam diskusi-diskusi bilateral untuk selalu melibatkan pihak swasta dalam mengembangkan usaha waralaba di Indonesia.
Asosiasi Franchise Indonesia (AFI)
Dari hasil pergumulan itu, antara Departemen Perdagangan, ILO dan Mr. Martin maka dipandang perlu untuk melahirkan sebuah "center." Ketika itu dibentuklah Franchise Resource Center.
Franchise Resource Center (FRC) yang dibentuk ini bertugas untuk mewadahi franchise yang sudah ada dan membidani usaha-usaha untuk menjadi franchise. Hingga mensosialisasikan sistem dan mendorong pertumbuhan franchise di Indonesia.
FRC sendiri merupakan badan semi pemerintah dibawah naungan Deperdag dengan Sekretaris Jenderal Deperdag membentuk steering committee yang terdiri dari toko-toko franchise, bisnis dan pemerintah antara lain dari:
*Departemen Penerangan
*Departemen Tenaga Kerja
*Departemen Pariwisata
*Kementerian Koperasi dan UKM
Dan steering comittee yang merupakan board of director membawahi FRC yang dimaksud untuk membantu dan mendirikan perpustakaan dan dokumentasi.
*Mempromosikan pola franchise dan memasyarakatkan
*Mengadakan pelatihan dan konsultasi
*Memfasilitasi pendanaan usaha
Ditingkat propinsi atau daerah dibentuk pusat-pusat pilot yang merupakan duplikasi FRC dan semua unsur-unsur yang terkait diikutsertakan seperti:
*Lembaga pendidikan
*Institut pelatihan
*Konsultan-konsultan swasta
*Asosiasi franchise
*Asosiasi-asosiasi industri dan
*Perbankan
Dilandasi semangat kebersamaan dan kesadaran untuk meningkatkan kemampuan dan potensi waralaba di Indonesia dan agar dapat menjadi mitra pemerintah maupun sektor swasta lain, maka sejumlah waralba atau cikal bakal usaha waralaba; PT Trim Mustika CItra, Es Teler 77, Widyaloka, Nilasari dan Homes 21 pada tanggal 22 November 1991 bersepakat mendirikan satu-satunya wadah organisasi perusahaan di Indonesia, yaitu Asosiasi Franchise Indonesia (AFI)
Asosiasi Franchise Indonesia yang pendiriannya dibidani oleh FRC dan 5 perusahaan franhcise ketika itu, tujuannya adalah untuk:
*Menjadi wadah dari para pengusaha franchise maupun peminat.
*Melakukan kegiatan program public relation memperkenalkan AFI dengan pola franchisenya.
*Menjadi sumber informasi dan data-data mengenai franchise sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan peminat.
*Menjadi mitra bagi pemerintah dalam pembinaan usaha franchise.
*Mengadakan kegiatan pembinaan, pelatihan dan konsultasi.
*Mengadakan diskusi, seminar, workshop dan eksebisi mengenai franchise sehingga lebih dikenal masyarakat.
Untuk seluruh kegiatan ini memang diperlukan organisasi dan pendanaan yang diharapkan dapat ditangani dalam 3 tahun pertama oleh pemerintah dalam hal ini, Deperdag dan kemudian setelah bisa mandiri dilepas menjadi asosiasi yang kokoh. Memang masih banyak hal-hal lain yang perlu diantisipasi dan dikerjakan disamping yang telah disebutkan diatas. (Sumber lapiran AFI)
Monday, March 3, 2008
What is franchising?
Apa itu franchise? kata tanya yang akan muncul bagi kita yangt baru mengenal atau bahkan mendengarnya. Terlebih Franchise di Indonesia baru mengalami perkembangan yang cukup membanggakan baru pada awal tahun 2004-an.
Walau memang kalau kita menilik sejarah franchise di Indonesia sudah dirintis sejak 17 tahun silam tepatnya 22 November 1991, ditandai dengan didirikan sebuah Asosiasi Franchise Indonesia, wadah bagi para pengusaha franchise. untuk lebih jelasnya mengenai sejarah singkat franchise di Indonesia akan diuraikan pada pembahasan tersendiri.
Kembali ke apa itu franchise. Di Indonesia franchise telah memiliki padanan kata yaitu waralaba. Konon ada yang mengartikan, waralaba berasal dari gabungan kata "wara-wiri" yang berarti bola balik dan "laba" keuntungan. Jadi waralaba berarti keuntungan yang banyak.
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia waralaba (franchise) berarti kerja sama dalam bidang usaha dengan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan; hak kelola dan hak pemasaran. Adapun para pelaku dalam bisnis ini disebut pewaralaba (franchisor) orang yang memberi waralaba; orang yg memiliki waralaba, dan terwaralaba (Franchisee) sudah menerima waralaba atau diberi waralaba. Dan proses dari waralaba itu sendiri pewaralabaan (franchising)n proses, cara, perbuatan memberi waralaba.
Nah, untuk mengetahui ihwal franchise (waralaba) atau franchising (proses pewaralabaan) lebih jauh. Kerana mungkin diantara kita ada yang baru mendengar atau berkenalan dengan franchise, atau Anda yang punya rencana untuk membeli franchise, atau Anda yang sudah mempunyai franchise dan mau menyegarkan kembali tentang apa itu franchise, berikut sekilas uraiannya. Semoga dapat informasi berguna.
Apa itu franchise
Franchising adalah sebuah cara dalam pendistribusian produk atau jasa. Paling sedikit ada 2 pihak yang terlibat dalam system franchise. Satu, franchisor, orang yang meminjamkan system bisnis atau nama dagangnya. Dan kedua, franchisee, orang yang membayar initial fee dan royalty fee sebagai konpensasi dari penggunaan nama dan system bisnis yang dimiliki franchisor. Kerapkali, franchisor akan memberikan full training dan support kepada franchisee-nya dengan sebaik-baiknya.Hal ini tidak jauh beda dengan apa dikatakan oleh Mr. Martin Mendelsonh, Pakar Franchise Amerika yang pernah berkunjung ke Indonesia, Franchise Format Bisnis adalah modal ijin dari satu orang pemilik bisnis (franchisor) kepada orang lain penerima hak bisnis (franchisee), untuk mengadakan bisnis dibawah nama dagang franchisor.
Dengan memberikan seluruh elemen yang dibutuhkan orang belum terlatih dalam berbisnis untuk mampu menjalankan bisnis yang dikembangkan/dibangun oleh franchisor dibawah brand miliknya, dan setelah ditraining untuk menjalankanya berdasarkan pada basis yang ditentukan sebelumnya dengan pendampingan yang berkelanjutan.
Dengan memberikan seluruh elemen yang dibutuhkan orang belum terlatih dalam berbisnis untuk mampu menjalankan bisnis yang dikembangkan/dibangun oleh franchisor dibawah brand miliknya, dan setelah ditraining untuk menjalankanya berdasarkan pada basis yang ditentukan sebelumnya dengan pendampingan yang berkelanjutan.
Sejarah Franchise
Kata “franchise” berasal dari bahasa perancis kuno, yang berarti keistimewaan atau kemerdekaan. Ada banyak versi cerita mengenai bagaimana franchise dimulai. Cerita yang pertama adalah mengenai negera bagian yang berusaha dalam mengumpulkan pajak, pemerintah akan memilih orang tertentu untuk mengumpulkan bayaran dalam area geografis yang diberi. "Kolektor-kolektor" ini menyimpan sebagian bayaran yang mereka kumpulkan dan kemudian mereka serahkan kepada Paus.Yang lain bercerita franchising mulai ketika kerajaan lokal memberikan hak istimewa untuk mengadakan pekan raya dan kegiatan perdagangan secara bebas. Pada dasarnya, ini adalah dukungan monopoli atas usaha komersial. Praktek semacam ini terjadi sepanjang pertengahan dan akhirnya menjadi bagian dari European Common Law. Franchising terus terjadi sepanjang sejarah.
Di 1840-an, para pembuat bir Jerman memberi hak eksklusif kepada kedai tertentu untuk menjual bir buatan mereka. Lalu, pada 1851, perusahaan mesin jahit Singer memberi peragenan/perwakilan terbatas untuk mesin jahit terkenal mereka. Format, bahasa, dan perjanjian kontrak dari perusahaan mesin jahit Singer inilah yang masih dipakai sebagai model dokumen sampai hari ini.
Pertumbuhan dan keberhasilan yang dinikmati oleh mereka yang terlibat dalam franchise.
Sales yang dihasilkan dari waralaba/franchise nilainya mencapai lebih dari 40% dari hasil seluruh penjualan perusahaan-perusahaan di Amerika. Ada lebih dari 1.500 perusahaan waralaba yang beroperasi secara domestik melalui lebih dari 320.000 unit ritel. Ini membuat penjualan ritel tahunan mencapai lebih dari $1 trilyun across 75 industri yang menggunakan franchise sebagai sebuah cara ekspansi bisnis dan sebagai model distribusi produk.
Sales yang dihasilkan dari waralaba/franchise nilainya mencapai lebih dari 40% dari hasil seluruh penjualan perusahaan-perusahaan di Amerika. Ada lebih dari 1.500 perusahaan waralaba yang beroperasi secara domestik melalui lebih dari 320.000 unit ritel. Ini membuat penjualan ritel tahunan mencapai lebih dari $1 trilyun across 75 industri yang menggunakan franchise sebagai sebuah cara ekspansi bisnis dan sebagai model distribusi produk.
Laju pertumbuhan industri waralaba ini didorong oleh sales franchise baru dan sales ritel di tingkat lokal. Sejarah menunjukan bahwa, industri telah memberikan pertambahan angka pertumbuhan yang signifikan. Kecenderung/trend dalam angka laju pertumbuhan masih terus dan diharapkan bertambah seiring waktu.
Analis industri menaksir bahwa franchise mempekerjakan lebih dari 8 juta orang dan bahwa tiap 8 menit ada franchise baru yang buka di berbagai tempat di Amerika. Juga, sekitar 1 dari tiap-tiap 12 perusahaan ritel adalah perusahaan yang diwaralabakan.
(Dikutip dari data statistik Asosiasi Franchise Internasional)
Burger, burger, burger...bukanlah satu-satunya konsep franchise yang ada!
Ketika orang mendengar franchise, maka yang ada dibenak mereka adalah hamburger, gorengan, dan kapal selam. Kenyataannya ialah bahwa hampir setiap bisnis mulai dari perusahaan pelayaran golf sampai perusahaan pembersihan rumah dan dari toko es krim buatan sendiri sampai perusahaan pos bisa jadi franchise.
(Dikutip dari data statistik Asosiasi Franchise Internasional)
Burger, burger, burger...bukanlah satu-satunya konsep franchise yang ada!
Ketika orang mendengar franchise, maka yang ada dibenak mereka adalah hamburger, gorengan, dan kapal selam. Kenyataannya ialah bahwa hampir setiap bisnis mulai dari perusahaan pelayaran golf sampai perusahaan pembersihan rumah dan dari toko es krim buatan sendiri sampai perusahaan pos bisa jadi franchise.
Gunakanlah media baik elektronik maupun cetak, seperti Majalah Info Franchise, atau konsultan franchise untuk mengenali mana bisnis-bisnis yang sesuai dengan kebutuha Anda. Ada banyak pilihan untuk berinvestasi, mulai dari model perusahaan ritel yang klasik sampai yang dikerjakan di rumah, peluang usaha part-time. Bisnis mana yang tidak cocok untuk difranchisekan? Sangat sedikit! Ada lebih dari 75 industri yang bisa difranchisekan. Mulai dari makanan cepat saji sampai periklanan dan dari perusahaan papan tanda sampai hotel.
Mengapa membeli franchise?
Apakah yang mereka bisa tawarkan adalah apa yang bisnis konvensional tidak bisa tawarkan untuk Anda? Dengan membeli franchise berarti Anda sedang berkongsi dalam model bisnis yang berjalan dengan baik dan terbukti. Ada laju kegagalan yang lebih rendah secara signifikan untuk para franchisee daripada entrepreneurs dengan konsep bisnis konvensional. Hampir 80% dari bisnis (konvensional, Red.) baru yang gagal dalam setiap tahun, tetapi dengan franchise anda akan terlibat dalam sebuah konsep bisnis yang terbukti dan berhasil. Lebih dari itu, ada banyak keuntungan dalam franchise karena barang/servis yang mereka jual telah punya nama dan reputasi dibaliknya.Bagaimana franchisor mendapatkan uang?
Biasanya, franchisor menjual hak franchise dengan harga awal yang biasa disebut dengan istilah “franchise fee”. Biasanya Franchisor tidak mengambil keuntungan dari franchise fee ini, karena pada kenyataan biaya ini dipergunakan untuk mengganti segala biaya yang digunakan untuk men-set up dan memulai bisnis Anda, mulai dari periklanan sampai latihan. Biaya ini juga berkaitan dengan proses pembukaan sebuah unit franchise di pasar lokalnya. Ketika Anda sudah berada dalam bisnis, baru franchisor akan menerima bayaran secara terus-menerus, seperti biaya royalti, yang diambil sebagai persentase penjualan. Ada juga franchisor yang mendapat keuntungan dari penjualan supplay produk dan servis kepada franchisee mereka.
Biasanya, franchisor menjual hak franchise dengan harga awal yang biasa disebut dengan istilah “franchise fee”. Biasanya Franchisor tidak mengambil keuntungan dari franchise fee ini, karena pada kenyataan biaya ini dipergunakan untuk mengganti segala biaya yang digunakan untuk men-set up dan memulai bisnis Anda, mulai dari periklanan sampai latihan. Biaya ini juga berkaitan dengan proses pembukaan sebuah unit franchise di pasar lokalnya. Ketika Anda sudah berada dalam bisnis, baru franchisor akan menerima bayaran secara terus-menerus, seperti biaya royalti, yang diambil sebagai persentase penjualan. Ada juga franchisor yang mendapat keuntungan dari penjualan supplay produk dan servis kepada franchisee mereka.
Mengapa para franchisee mempunyai laju keberhasilan yang tinggi?
Perusahaan yang gagal biasanya terjadi disebabkan oleh kekurangan manajemen skill. Dengan kerja keras, anda dan franchisor anda akan dapat menghindari dan mengatasi segala masalah yang terjadi. Dalam survei dikatakan, sembilan dari sepuluh pemilik waralaba mengatakan bahwa bisnis mereka sukses.
Majid
Majid
dari berbagai sumber (tulisan ini pernah dimuat di Majalah Franchise)
Subscribe to:
Posts (Atom)